Belakang ini makin banyak tempat makan murah meriah yang menjual sajian dimsum. Awalnya sajian dimsum sering tersedia di resto-resto Chinese, akan tetapi karena banyak yang menyukai dan mudah dibuat, mulai banyak penjual yang berjualan dimsum. Sehingga camilan ini menjadi sajian favorit yang mudah ditemui dan banyak penggemarnya.
Terlebih bagi anak-anak muda yang doyan ngemil dan jajan, sajian dimsum menjadi makanan favorit belakangan ini. Tak hanya tempat yang memang menjual dimsum, cafe-cafe anak muda juga mulai menjual dimsum meski bukan makanan utama.
Banyaknya ragam dimsum ternyata membuat beberapa orang bingung dengan banyaknya nama dimsum. Dimsum sendiri sebenarnya berarti “makanan kecil” yang merupakan sebutan bagi lebih dari 10 sajian makanan kecil dari berbagai jenis bahan makanan. Seperti Siomay Ayam, Siomay Udang, Hakau, Kuotie, Hisitkau, Bakpao, Angsio Ceker dan beberapa jenis dimsum lainnya.
Kampung kaleng akan membahas mengenai perbedaan Dimsum, Gyoza dan Mandu. Simak penjelasannya dibawah ini ya!
Dim Sum merupakan istilah dari bahasa Kantonis yang memiliki arti ‘makanan kecil’, sedangkan dalam bahasa Mandarin disebut Dianxin yang secara harfiah berarti ‘sedikit dari hati’ atau ‘menyentuh hatimu’. Sesuai dengan porsi per sajian yang kecil dan jumlahnya memang tidak banyak, hanya sekitar tiga hingga empat buah dalam satu piring atau wadah kukusan bambu.
Kudapan ini berasal dari Jalur Sutra khususnya di bagian Asia Tengah, dimana pada zaman Dinasti Han merupakan rute perjalanan yang sering dilalui pedagang, buruh, dan petani. Orang-orang yang berlalu lalang membutuhkan tempat istirahat dan kemudian mampir sejenak ke kedai, untuk menikmati teh dan makanan ringan. Makanan ringan inilah yang sekarang kita kenal dengan dimsum dan kemudian muncul istilah Yumcha yang berarti minum teh bersama sambil menyantap dimsum.
Kebiasaan makan dimsum ternyata pernah pudar sejenak, lho! Hal ini dikarenakan oleh salah satu tabib yang terkenal pada zaman itu, Hua Tuo mengatakan makan dimsum dapat menyebabkan kegemukan. Akan tetapi masyarakat Kanton di Cina Selatan tidak memedulikan imbauan tersebut, malah menjadikan dimsum sebagai makanan tradisional untuk dinikmati dengan teh bersama teman-teman.
Gyoza adalah pangsit mini yang aslinya berasal dari Cina. Biasanya gyoza terbuat dari sayuran yang dicincang seperti bawang putih, kubis dan kucai dan kemudian dicampur dengan daging cincang babi maupun ayam kemudian dibungkus dengan kulit pangsit tipis yang terbuat dari adonan tepung terigu yang dicampur dengan air.
Gyoza dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan dimasak dengan berbagai cara untuk mendapatkan rasa yang berbeda-beda. Beberapa cara memasak yang sangat populer adalah digoreng pan-fried, dikukus, digoreng biasa, digoreng deep-fried atau direbus.
Gyoza memang berasal dari daratan Cina. Gyoza memiliki nama asli Jiaozi. Menurut sebuah sumber sejarah, Jiao berarti tanduk, sebab bentuknya seperti tanduk. Jiaozi diciptakan oleh Zhang Zhongjing, seorang ahli pengobatan tradisional di China.
Ketika itu, saat musim dingin, banyak sekali masyarakat kurang mampu yang kedinginan. Mereka sangat kedinginan hingga telinga mereka membeku . Beliau ingin membantu orang-orang yang kedinginan tersebut sehingga dia menciptakan makanan yang mampu meningkatkan suhu tubuh orang yang memakannya.
Bahan-bahan yang beliau gunakan adalah daging kambing muda, merica dan obat-obatan tradisional yang dibungkus di dalam lapisan tipis, dibentuk menyerupai telinga (mengingatkan bahwa kondisi saat itu sangat dingin hingga bisa membuat daun telinga membeku, kering dan pecah).
Tentu saja, bukan dengan menempelkan Jiaozi ke telinga supaya hangat. Tetapi dengan memakan ramuan tersebut, suhu tubuh akan meningkat. Resep ini kemudian secara turun temurun di modifikasi sehingga menjadi salah satu makanan wajib metika perayaan tahun baru China.
Jiaozi masuk ke Jepang ketika Perang Dunia Kedua. Saat itu tentara Jepang melakukan invasi ke China. Setelah perang usai. Tentara Jepang kemudian membuat dan memodifikasi Jiaozi dan mengubah namanya menjadi Gyoza.
Selain bulgogi, bibimbap, kimchi, dan japchae, Korea juga memiliki kuliner khas yang tak kalah lezat yaitu mandu. Mandu adalah pangsit ala Korea yang menyerupai dimsum khas Cina atau gyoza khas Jepang. Mandu berisi daging dan sayuran yang dibungkus kulit dari adonan tepung.
Metode membuat mandu pun bermacam-macam, antara lain ada yang direbus dalam sup kaldu (jangguk) yang panas, dikukus, digoreng atau dinikmati dalam kuah kaldu dingin.
Bentuk mandu pun ada bermacam-macam antara lain bulat, setengah bulat, persegi, lonjong dan setiap daerah memiliki cara memasak dan variasi yang lebih banyak lagi. Jika dimakan dengan sup kaldu maka dinamakan mandutguk (sup mandu).
Mandu (만두) adalah jenis pangsit yang dibuat dengan adonan tepung dan berisi daging dan sayuran yang dibumbui. Mandu adalah jenis masakan yang berasal dari Cina dan masuk ke Korea sejak zaman Dinasti Goryeo (935-1397). Pada saat ini mandu dimakan pada setiap musim dingin dan perayaan tahun baru Seollal atau tahun baru Imlek.
Terbuat dari stainless steel, ukuran panjang 28 cm, lebar 28 cm,. terdiri dari tutup, sarangan dan kukusan, dilengkapi dengan kaca bening di salah satu sisi tutupnya. Tersedia berbagai model dan ukuran.
Untuk kamu yang membutuhkan perlengkapan baking dan peralatan dapur, kampungkaleng menyediakan berbagai macam peralatan dapur juga baking.
Kampung Kaleng adalah sentra perajin logam yang berada di Bogor. Banyaknya warga yang berprofesi sebagai perajin logam, menjadikan daerah ini salah satu UMKM unggulan Kabupaten Bogor. Logam dalam bahasa citeureup, sering disebut dengan “kaleng”. Sehingga apapun jenis logam, alumunium, stainless, galvalum, disebut “kaleng”. Tak heran bila media yang meliput, kemudian menyebut daerah ini menjadi Kampung Kaleng.
Jangan Lupa kunjungi marketplace kami langsung klik di bawah ini
WEBSITE:
Website: www.kampungkaleng.com
Email: admin@kampungkaleng.com
Instagram: @kampungkaleng
Facebook: Kampung Kaleng
Selamat datang kembali, silahkan login ke akun Anda.
Belum menjadi member? Daftar